Danau Towuti merupakan
danau terbesar di Sulawesi Selatan dan juga merupakan danau air tawar terbesar kedua se-Indonesia setelah
Danau Toba di Sumatera Utara. Danau yang memiliki
kedalaman maksimal 203 meter ini berada di Kecamatan Towuti, Kabupaten Luwu Timur, Sulawesi Selatan. Danau Towuti sendiri berada dalam kawasan Taman Wisata Alam (TWA) Danau Towuti, yang dikelola oleh Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Propinsi Sulawesi Selatan yang berada di bawah Departemen Kehutanan Republik Indonesia.
Danau seluas
56.000 hektar ini berjarak sekitar 620 kilometer dari Kota Makassar, Ibukota Propinsi Sulawesi Selatan dengan rute Makassar – Parepare – Palopo – Masamba – Malili – Timampu – TWA. Danau Towuti. Kondisi jalannya relatif bagus dan bisa ditempuh dalam waktu 12 - 13 jam.
|
Danau Towuti |
Fungsi lain dari danau tektonik ini selain sebagai objek wisata yaitu sebagai jalur penyeberangan yang menghubungkan Propinsi Sulawesi Selatan dengan Sulawesi Tenggara.
|
Matahari Terbit |
Pemandangan di danau Towuti begitu indah dengan air yang berwarna biru dengan latar perbukitan, apalagi bila mengunjungi danau ini saat matahari terbit atau terbenam begitu mempesona. Di danau ini terdapat 14 jenis ikan air tawar endemik Sulawesi yaitu
Crocodylus Porosus dan
Hydrosaurus Amboinensis. Sehingga jangan lupa membawa peralatan memancing bila berkunjung ke danau ini. Selain memancing, danau ini dapat dimanfaatkan untuk berbagai kegiatan wisata air yang dipadukan dengan kegiatan wisata minat khusus, seperti
hiking dan lain sebagainya
.
|
Peta Danau Towuti |
Di tengah danau yang berada pada ketinggian
293 meter dpl ini terdapat beberapa pulau, pulau terbesar bernama
Pulau Loeha yang merupakan habitat dari beberapa jenis fauna. Sumber air danau Towuti sendiri berasal dari beberapa mata air dan
catchment area di sekitarnya yang masuk ke dalam danau melalui 26 sungai/anak sungai.
Pada beberapa bagian kawasan danau Towuti ini terdapat hamparan padang yang ditumbuhi oleh rerumputan (Poaceae) dan merupakan habitat
Cervus timorensis. Hidup secara alami jenis
Manilkara fasciculata namun banyak diekploitasi karena keindahan kayu, ketahanan dan permintaan pasar yang tinggi untuk tujuan ekspor. Kawasan ini merupakan habitat alami dari beberapa jenis mamalia besar.